Senin, 04 April 2011

jaringan epitel



Jaringan epitel tersusun oleh sel-sel berisi dan bersudut banyak (poligonal) yang berhimpit padat, dengan sedikit atau tanpa substansi interseluler diantaranya. Epitel dapat berupa membran dan dapat pula berupa kelenjer.                                                                            Membran dibentuk oleh lembaran sel-sel dan meliputi suatu permukaan luar atau embatasi suatu permukaan dalam.
semua epitel terletak pada atau dikelilingi oleh suatu lamina basal yang memisahkan epitel dari jaringan ikat dibawahnya, dan dari pembuluh darah serta saraf yang terdapat didalam jaringan ikat itu.                                                                                                                                     Secara fungsional, epitel meliputi atau membatasi permukaan, menghasilkan sekret dari epitel membran maupun dari kelenjar, dan turut sert dalam proses absorpsi.


EPITEL SELAPIS
EPITEL SELAPIS GEPENG
Epitel selapis gepeng terdiri atas sel-sel yang sangat gepeng dan tipis yang tepinya tidak teratur, saling berhimpitan membentuk suatu lembaran yang sempurna.diliht dari permukaannya, epitel ini tampak sebagai lantai ubin, tetapi dengan batas-batas yang tidak teratur. Pada potongan melintang, sitoplasma sel-sel tersebut terihat tipis, yang meleba ditempat inti. Berdasarkan susunanya yangtermasuk epitel golongan ini adalah endotel yang melapisi pembuluh darah dan pembuluh limf dan mesotel yang melapisi rongga serosa (pleura, perikardium, dan peritoneum) yang berasal dari mesoderm. Contoh lainya terdapat pada lapisan parietal kapsula Bowman, dan ansa henle pada ginjal, pada alveol paru dan pada telinga tengah dan telinga dalam.





EPITEL SELAPIS KUBOID
Epitel ini disebut demikian karena pada potongan tegak lurus terhadap permukaan, setiap sel tampak seperti kotak atau kubus. Dilihat dari permukannya, sel-sel nya berbentuk poligonal. Epitel jenis ini terdapat pada banyak kelenjer, baik pada bagian sekretori maupun padansaluran keluarnya, dan sebagi contoh, epitel ini terdapat melapisi permukaan ovarium.


EPITEL SELAPIS SILINDRIS
Epitel selapis silindris tanpa silia, bila dilihat dari permukaannya, tampak sama dengan epitel selapis kuboid, tetapi pada potongan tegak lurus tampak terdiri dari sel-sel tinggi, inti berderet pada ketinggian yang sama dan terletak lebih dekat kepermukaan basal dari pada kepermukaan apikal (luminal). Epitel ini biasanya berhubungan dengan sekresi atau absorbsi, jadi terdapat melapisi sebagian besar salauran cerna dan saluran keluar banyak kelenjar. Pada tempa-tempat itu mugkin terdapat lebih dari satu macam sel, misalnya tersebar diantara sel-sel silindris sering terdapat sel panghasil lendir yang berbentuk mirip piala yang disebut sel Goblet. Tiap sel goblet dianggap sebagai kelenjar uniseluler. Epitel jenis ini melapisi uterus dan pembuluh rahim (tuba uterina), duktus eferen pada testis, bronkus kecil intrapulmoner, dan kanalis sentralis pada medula spinalis.


EPITEL BERTINGKAT
Epitel bertingkat silindris disusun oleh lebih dari satu macam sel, dengan inti terletak pada ketinggian berbeda pada potongan tegak lurus, sehingga memberi sehingga memberi kesan bahwa membran itu sendiri atas lebih dari satu lapis sel-sel. Sebagian puncaknya tidak mencapai lumen, walaupun semua sel terletak diatas membran basal. Epitel jenis ini terdapat melapisi saluran keluar besar berbagai kelenjar dan sebagian uretra laki-laki. Epitel jenis ini ada yang bersilia dan biasanya memiliki sel goblet, dan terdapat melapisi saluran napas yang besar dan beberapa saluran keluar sistim reproduksi pria.



EPITEL BERLAPIS
Semua epitel berlapis lebih kuat menahan trauma jika dibandingkan dengan jenis selapis, dan karenanya terdapat pada tempat-tempat yang sering terkena gesekan dan goresan, tetapi karena tebalnya, membran ini tidak diperuntukkan bagi absorbsi yang baik.

EPITEL BERLAPIS GEPENG
Epitel berlapis gepenng merupakan membrane yang tebal, dan hanya sel-sel yang lebih superficial saja yang lebih gepeng. Sel-sel lapisan yang lebih dalam mempunyai bentuk kuboid sampai silindris, dan sering kali lapisan basal, yaitu berbatasan dengan membrane basal, terlihat tidak rata. Epitel yang terdapat pada kornea mata terletak diatas jaringan ikat dengan perkuaan licin dan teratur, sedangkan ditempat lain jaringan ikat dibawahnya membentuk lipatan dan lekukan, yang pada potongan tegak lurus terlihat sebagai tonjolan-tonjolan (papil-papil) mirip jari. Susunan semacam ini misalnya terdapat pada vagina, esophagus dan kulit. Pada vagina dan esophagus, permukaan epitel ini basah, dan disini epitel itu tidak mempunyai lapisan tanduk, pada kulit yang permukaannya kering, sel-sel permukaannya mengalami transformasi menjadi lapisan mati yang kuat dan awet terdiri atas bahan yang disebut keratin. Itulah sebabnya epitel ini disebut epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk.

EPITEL BERLAPIS KUBOID
Epitel ini hanya terdapat pada saluran keluar kelenjar keringat pada orang dewasa dan terdiri atas dua sel kuboid. Karena epitel jenis ini melapisi sebuah tabung, jelas bahwa sel-sel lapisan permukaan lebih kecil dari pada yang terdapat dilapisan basal.


EPITEL BERLAPIS SILINDRIS
Epitel ini relative jarang. Biasanya lapisan atau lapisan-lapisan terdiri atas sel-sel polyhedral yang tak teratur, relative pendek, dan hanya sel-sel lapisan permukaan yang berbentuk silindris tinggi. Epitel jenis ii melapisi sebagian uretra pria dan juga terdapat pada beberapa saluran keluar kelenjar yang lebih besar dan pada konyungtiva.
2-1b-2

EPITEL TRANSISIONAL
Epitel transisional melapisi sistim urinaria mulai dari pelvis renis sampai pada uretra, yaitu tempat-tempat yang mengalami tekanan dari dalam dan berkapasitas yang sangat bervariasi. Oleh sebab itu bentuknya bergantung pada derajat peregangan. Lapisan basal terdiri atas sel-sel kuboid atau bahkan silindris, lapisan tengah kuboid dan polihendral, dan lapisan-lapisan superficial bervariasi dari kuboid sampai gepeng, tergantung derajat peregangan

Gbr 3. Epitel transisional dari kandung kemih anjing.
2-1b-3
A : kandung kemih kosong


2-1b-4
B : kandung kemih berisi urine


SISTEM ENDOKRIN
Sistim endokrin terdiri terutama dari kelenjer-kelenjer tanpa saluran keluar sekretnya (hormone) dicurahkan langsung kedalam sirkulasi darah atau limf. Kelenjar endikrin merupakan suatu kelompok sel yang mempunyai susunan mikroskopik yang sangat sederhana, kelompok ini terdiri dari deretan sel (cords), lmpengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat yang halus. Kelenjar jenis ini banyak mengandung pembuluh kapiler bertingkat atau sinusoid.
Setiap kelenjar endikrin mensekresikan satu atau lebih substansi khusus yang disebut hormone. Hormone dilepaskan dari sel kelenjar endokrin kedalam sirkulasi darah dan limf dan kemudian didistribusikan kecairan jaringan keseluruh tubuh.

HIPOFISIS

KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid yang terletak didaerah anterior leher, terdiri atas dua labus lateralis yang dihubungkan oleh bagian sempit yaitu ismus. Ismus terletek dimuka tulang rawan trakea ke 2 sampai ke 4, dan labus lateralnya terletak berhubungan dengan bagian superior trakea dan dengan  bagian inferior laring.

Sabtu, 02 April 2011

jejas persalinan


BAB II
PENBAHASAN
2.1 DEFINISI
Kelainan kongenital atau kelainan bawaan merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi pre ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
A. Angka Kejadian
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi. Sebaliknya dengan kemajuan teknologi kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan dittemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.
Angka kejadian kelainan kongenital yang besar berkisar 15 per 1000 kelahiran angka kejadian ini akan menjadi 4-5% biIa bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun
B.Faktor Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embryonal dan fetaI dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara lain:

[1] Kelainan Genetik dan Khromosom.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainan khromosom autosomai trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism) kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma Turner.
[2] Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)
[3] Faktor infeksi.
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
[4]Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1: 5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 - 44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan kongenital.
Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
C.Diagnosa

            Pemeriksaan untuk menemukan adanya kelainan kongenital dapat dilakukan pada -pemeriksaan janin intrauterine, dapat pula ditemukan pada saat bayi sudah lahir.
Pemeriksaan pada saat bayi dalam kandungan berdasarkan atas indikasi oleh karena ibu mempunyai faktor resiko:
misalnya: riwayat pernah melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, riwayat adanya kelainan-kongenital dalam keluarga, umur ibu hamil yang mendekati menopause.
Pencarian dilakukan pada saat umur kehamilan 16 minggu. Dengan bantuan alat ultrasonografi dapat dilakukan tindakan amniosentesis untuk mengambil contoh cairan amnion Beberapa kelainan kongenital yang dapat didiagnose dengan cara ini misalnya: kelainan kromosome, phenylketonuria, galaktosemia, defek tuba neralis terbuka seperti anensefali serta meningocele.
Pemeriksaan darah janin pada kasus thallasemia.
Untuk kasus2 hidrosefalus pemeriksaan dapat diketemukan pada saat periksa hamil
       Kelainan bawaan menyebabkan gangguan fisik atau mental atau bisa berakibat fatal.
Terdapat lebih dari 4.000 jenis kelainan bawaan, mulai dari yang ringan sampai yang serius, dan meskipun banyak diantaranya yang dapat diobati maupun disembuhkan, tetapi    kelainan bawaan tetap merupakan penyebab utama dari kematian pada tahun pertama kehidupan bayi.
Beberapa kelainan bawaan yang sering ditemukan:
  1. Celah bibir atau langit-langit mulut (sumbing)
    Terjadi jika selama masa perkembangan janin, jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk sebagaimana mestinya.
    Bibir sumbing adalah suatu celah diantara bibir bagian atas dengan hidung.
    Langit-langit sumbing adalah suatu celah diantara langit-langit mulut dengan rongga hidung.
  2. Defek tabung saraf
    Terjadi pada awal kehamilan, yaitu pada saat terbentuknya bakal otak dan korda spinalis.
    Dalam keadaan normal, struktur tersebut melipat membentuk tabung pada hari ke 29 setelah pembuahan. Jika tabung tidak menutup secara sempurna, maka akan terjadi defek tabung saraf.
    Bayi yang memiliki kelainan ini banyak yang meninggal di dalam kandungan atau meninggal segera setelah lahir.
    2 macam defek tabung saraf yang paling sering ditemukan:
    - Spina bifida, terjadi jika kolumna spinalis tidak menutup secara sempurna di sekeliling korda spinalis.
    - Anensefalus, terjadi jika beberapa bagian otak tidak terbentuk.
  3. Kelainan jantung
    - Defek septum atrium dan ventrikel (terdapat lubang pada dinding yang meimsahkan jantung kiri dan kanan)
    - Patent ductus arteriosus (terjadi jika pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin ketika masih berada di dalam rahim; setelah bayi lahir, tidak menutup sebagaimana mestinya)
    - Stenosis katup aorta atau pulmonalis
    - Koartasio aorta (penyempitan aorta)
    - Transposisi arteri besar (kelainan letak aorta dan arteri pulmonalis)
    - Sindroma hipoplasia jantung kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh tidak terbentuk sempurna)
    - Tetralogi Fallot (terdiri dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventrikel, transposisi arteri besar dan hipertrofi ventrikel kanan).
    Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti-kejang fenitoin, talidomid dan obat kemoterapi).
    Penyebab lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dan diabetes selama hamil.
    (penyempitan katup aorta atau katup pulmonalis)
  4. Cerebral palsy
    Biasanya baru diketahui beberapa minggu atau beberapa bulan setelah bayi lahir, tergantung kepada beratnya kelainan.
  5. Clubfoot
    Istilah clubfoot digunakan untuk menggambarkan sekumpulan kelainan struktur pada kaki dan pergelangan kaki, dimana terjadi kelainan pada pembentukan tulang, sendi, otot dan pembuluh darah.
  6. Dislokasi panggul bawaan
    Terjadi jika ujung tulang paha tidak terletak di dalam kantung panggul.
  7. Hipotiroidisme kongenital
    Terjadi jika bayi tidak memiliki kelenjar tiroid atau jika kelenjar tiroid tidak terbentuk secara sempurna.
  8. Fibrosis kistik
    Penyakit ini terutama menyerang sistem pernafasan dan saluran pencernaan. Tubuh tidak mampu membawa klorida dari dalam sel ke permukaan organ sehingga terbentuk lendir yang kental dan lengket.
  9. Defek saluran pencernaan
    Saluran pencernaan terdiri dari kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar, rektum serta anus.
    Diantaranya adalah:
    - Atresia esofagus (kerongkongan tidak terbentuk sempurna)
    - Hernia diafragmatika
    - Stenosis pilorus
    - Penyakit Hirschsprung
    - Gastroskisis dan omfalokel
    - Atresia anus
    - Atresia bilier
  10. Sindroma Down
    Merupakan sekumpulan kelainan yang terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dengan kelebihan kromosom nomor 21 pada sel-selnya.
    Mereka mengalami keterbelakangan mental dan memiliki wajah dan gambaran fisik lainnya yang khas; kelainan ini sering disertai dengan kelainan jantung.
  11. Fenilketonuria
    Merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi pengolahan protein oleh tubuh dan bisa menyebabkan keterbelakangan mental.
    Bayi yang terlahir dengan fenilketonuria tampak normal, tetapi jika tidak diobati mereka akan mengalami gangguan perkembangan yang baru terlihat ketika usianya mencapai 1 tahun.
  12. Sindroma X yang rapuh
    Sindroma ini ditandai dengan gangguan mental, mulai dari ketidakmampuan belajar sampai keterbelakangan mental, perilaku autis dan gangguan pemusatan perhatian serta hiperaktivitas.
    Gambaran fisiknya khas, yaitu wajahnya panjang, telinganya lebar, kakinya datar dan persendiannya sangat lentur (terutama sendi pada jari tangan).
    Sindroma ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
  13. Distrofi otot
    Distrofi otot adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan lebih dari 40 macam penyakit otot yang berlainan, yang kesemuanya ditandai dengan kelemahan dan kemunduran yang progresif dari otot-otot yang mengendalikan pergerakan.
  14. Anemia sel sabit
    Merupakan suatu kelainan sel darah merah yang memiliki bentuk abnormal (seperti bulan sabit), yang menyebabkan anemia kronis, serangan nyeri dan gangguan kesehatan lainnya.
  15. Penyakit Tay-Sachs
    Penyakit ini menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kebutaan, demensia, kelumpuhan, kejang dan ketulian.
  16. Sindroma alkohol pada janin
    Sindroma in ditandai dengan keterlambatan pertumbuhan, keterbelakangan mental, kelainan pada wajah dan kelainan pada sistem saraf pusat.


D.Penanganan

             Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya







 

Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukkan trauma mekanik yang dapat dihindari atau tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialami bayi selama kelahiran dan persalinan. Beberapa macam jejas persalinan yang akan dibahas, antara lain :
1. Caput Suksadenum
Caput suksadenum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin.
Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.
2. Sefalhematoma
Sefalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Sefalhematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
3. Trauma pleksus brakialis
Jejas pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Jejas pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.
Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis Klumpke. Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami trauma.
Pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi parsial dan penempatan posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur.
4. Fraktur klavikula
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara lain : bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena, krepitasi dan ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur, tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena, adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.
5. Fraktur humerus
Pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya reflek moro.
Penangan pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu dengan imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.

 

Jumat, 01 April 2011

KELUARGA BERENCANA


PENANGANAN EFEK SAMPING SESUAI KELUHAN BAGI AKSEPTOR KB
A. KONDOM
1. Efek samping dan penanganannya
a. Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan),
Penanganan : Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermisida digabung kondom.

b. Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan.
Penanganan : Jika dicurigai ada kebocoran, pertimbangkan pemberian Morning After Pill.

c. Dicurigai adanya reaksi alergi (spermisida)
Penanganan : Reaksi alergi, meskipun jarang, dapat sangat mengganggu dan bisa berbahaya. Jika keluhan menetap sesudah berhubungan dan tidak ada gejala IMS, berikan kondom alami (produk hewani:lamb skin atau gut) atau bantu klien memilih metode kontrasepsi yang lain.

d. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
Penanganan : Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolelir biarpun dengan kondom yang lebih tipis, anjurkan pemakaian metode lain.

B. PIL KB
1. Efek samping dan Penanganannya
a. Mual
Penanganan : Pil diminum bersama dengan makanan atau pada saat akan tidur dapat mengurangi mual. Pemakaian obat anti muntah sebelumnya juga akan menurunkan mual. Pemakaian anti mual setelah rasa mual mulai muncul tidak akan efektif.

b. Muntah
Penanganan : Jika klien muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil ini, maka klien harus minum pil lagi. Tetapi klien tidak boleh minum pil lebih dari dosis yang dianjurkan, kerena kelebihan dosis ini tidak akan membuat metode ini lebih efektif malah bisa meningkatkan rasa mual.

c. Spotting (perdarahan pervaginam yang tidak teratur)
Penanganan : Jika menstruasi terlambat sampai satu minggu, perlu dilakukan tes kehamilan.

d. Payudara teraba keras,sakit kepala,pusing, dan lemah.
Penanganan : Umumnya efek samping ini tidak berlangsung sampai 24 jam. Aspirin atau obat penghilang rasa sakit yang dapat diperbolehkan tanpa resep dapat dipakai untuk menghilangkan rasa tidak enak tersebut.

e. Amenorea dan berat badan bertambah
Penanganan : Efek samping ini akan hilang dengan sendirinya dan berkurang dengan sendirinya.

C. SUNTIK KB
1. Efek samping dan Penanganannya
a. Perubahan pola haid biasanya pada tahun pertama pemakaian.
Penanganan : Diberikan pil KB hari ke – 1 sampai hari ke -2 masing-masing 3 tablet, selanjutnya hari ke - 4 diberikan 1 x 1 selama 3 – 5 hari. Bila terjadi perdarahan, dapat pula diberikan preparat estrogen, misalnya lymoral 2 x 1 sehari sampai perdarahan berhenti.


b. Pusing dan sakit kepala
Penanganan : Diberikan anti prostaglandin untuk mengurangi keluhan, acetosal 500 mg 3 x 1 tablet/hari.

c. Hematoma
Penanganan : Kompres dingin pada daerah yang membiru selama 2 hari. Setelah itu diubah menjadi kompres hangat sehingga warna biru/kuning menjadi hilang.

d. Perubahan berat badan
Penanganan : Diet merupakan pilihan utama. Dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori serta olahraga teratur,bila terlalu kurus, dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil dianjurkan untuk ganti cara kontrasepsi non hormonal.

e. Keputihan
Penanganan : Pengobatan medis biasanya tidak diperlukan. Bila cairan berlebihan dapat diberikan preparat anti cholinergic seperti extrabelladona 10 mg 2 x 1 tablet untuk mengurangi cairan yang berlebihan. Perubahan warna dan bau biasanya disebabkan oleh adanya infeksi.

D. IMPLANT
1. Efek samping
a. Amenorea
Penanganan : Amenorea dapat ditangani dengan :
• Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak memerlukan penanganan khusus, cukup konseling saja.
• Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.
• Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan, cabut implant dan jelaskan bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila diduga terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya memberikan obat hormon untuk memancing timbulnya perdarahan.

b. Perdarahan bercak (spooting) ringan
Penanganan : Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun pertama. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3 – 7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 mg etilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14 – 21 hari.

c. Infeksi pada daerah insersi
Penanganan : Bila terdapat infeksi tanpa nanah,bersihkan dengan sabun dan air, atau antiseptik. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan dilepas dan klien diminta kembali 1 minggu. Apabila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru pada satu sisi lengan yang lain atau cari metode kontrasepsi lain. Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi, dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka dan berikan antibiotik oral selama 7 hari.


E. AKDR
1. Efek samping dan Penanganannya
a. Amenorea
Penanganan : Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea apabila dikehendaki. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu, AKDR jangan dilepas. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR, jelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.

b. Kejang
Penanganan : Pastikan dan tegaskan PRP dan penyebab lain dari kekejangan. Tanggulangi penyebab apabila ditemukan. Apabila tidak ditemukan penyebabnya beri analgesik untuk sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menetukan metode kontrasepsi yang lain.

c. Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
Penanganan : Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvic dan kehamilan ektopik. Apabila tidak adanya kelainan patologis, perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri ibuprofen (800 mg, 3 x sehari selam satu minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi ( 1 tablet setiap hari selama 1 – 3 bulan). AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selam lebih dari 3 bulan dan diketahui menderita anemia ( Hb < 7 gr %) anjurkan untuk melepaskan AKDR dan bantulah memilih metode lain yang sesuai.

d. Benang yang hilang
Penanganan : Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom. Periksa talinya didalam saluran endoserviks dan kevum uteri (apbila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak ditemukan rujuklah ke dokter, lakukan x – ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode lain.



e. Adanya cairan dari vagina/dicurigai adanya PRP
Penanganan : Pastikan pemeriksaan IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidial, lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam. Apabila AKDR dikeluarkan, beri metode lain sampai masalahnya teratasi.